Prolog
Penerbangan pertama menggunakan pesawat kecil dibawah rintik hujan |
Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa aku harus menginjakkan kaki di tanah Papua. Hal ini karena program SM3T yang aku ikuti menempatkanku ke daerah paling timur Indonesia. Bayangan lima tahun lalu berkutat dengan segala materi perkuliahan dan jadwal memberi les yang seabrek dari semarang ujung barat sampai semarang ujung timur. Tidak terasa harus meninggalkan hingar bingar kota Semarang.
Oh ya perkenalkan, namaku Tri Khidayanti, asli Slawi Kabupaten
Tegal. Teman-teman biasa memanggilku Tri atau Trimbil. Yah, namanya juga
panggilan, seenak udel mereka.
Pendidikan Matematika Universitas Negeri Semarang adalah haluan ilmuku. Mungkin
sudah menjadi fitrah keluargaku. Kedua kakak perempuanku juga guru Matematika.
Three Angel of Math.
Setelah lulus kuliah aku putuskan untuk bekerja di Semarang. Selama
setahun aku disibukkan dengan sebarek jadwal mengajar di salah satu bimbel
ternama. Sebut saja GO. Tetapi itu semua aku jalani dengan bahagia. Dengan
statusku yang jomblo semakin membuatku bebas dan leluasa untuk menghibur
kesehariaan dengan mengajar. Walau terkadang merasa iri dengan pasangan yang
lain.
Dan suatu ketika, aku sudah mulai bosan dengan
ritme hidupku. Aku ingin ritme yang lain, aku ingin kehidupanku tidak monoton
seperti ini. Akhirnya terbesit niatan untuk meneruskan S2 atau ikut seleksi
SM3T. Awalnya aku bimbang S mana yang harus aku pilih. Melanjutkan jenjang S2
atau ikut mengabdi di SM3T. banyak yang terpikirkan dalam benakku S2 dapat
ditempuh kapan saja jika ada kemauan sedangkan kesempatan SM3T mungkin hanya
kali ini karena yang bisa mengikuti hanya Fresh
Graduate. Hatiku terpanggil untuk mengabdi dan mencari pengalaman baru di
luar sana. Akhirnya aku memantapkan diri untuk memilih S yang kedua yaitu SM3T.
Inilah kisahku ketika menjalani satu tahun pengabdian di Papua.
Bertemunya keluarga baru. Susah senang menjalani kehidupan di tanah
cendrawasih. Dan tentu masih banyak lainnya. Bertemunya dengan seseorang.
Salam ABITA.
Tri
0 Response to "Prolog"
Post a Comment
Mari budayakan untuk berkomentar!!