TUGAS BAHASA INDONESIA KELAS X, XI, DAN XII
TUGAS
BAHASA INDONESIA KELAS X
1.
BUATLAH TEKS NEGOSIASI YANG ADA DALAM KEHIDUPAN
SEKELILING KALIAN !
2. TULIS
DIKERTAS FOLIO DENGAN TULISAN YANG RAPI DAN JELAS!
3. TUGAS
DIKUMPULKAN HARI SABTU, 9 JANUARI 2021.
TUGAS BAHASA INDONESIA KELAS XI
1. TUGAS
KELOMPOK, SETIAP KELOMPOK TERDIRI DARI 3-4
SISWA
2. BUATLAH
PROPOSAL KEGIATAN
3. TEMA
KEGIATAN BEBAS
4. GUNAKAN
KERTAS UKURAN F4 DAN DIJILID RAPI
5. TUGAS
DIKUMPULKAN HARI SABTU, 9 JANUARI 2021
TUGAS
BAHASA INDONESIA KELAS XII
1. MENCARI
KALIMAT FAKTA DAN OPINI PADA ARTIKEL DI
BAWAH INI!
2. SETIAP
KALIMAT FAKTA DAN OPINI MINIMAL 3 KALIMAT
3. ARTIKEL
DIPRINTOUT/DITULIS DI KERTAS FOLIO
4. TUGAS
DIKUMPULKAN HARI SABTU, 9 JANUARI 2021
Bacalah teks dibawah ini atau dapat di download dengan klik DOWNLOAD
Pendidikan
Daring di Masa Covid-19
Editor
Ana Shofiana Syatiri
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia
sudah lebih dari enam bulan terakhir ini berdampak terhadap perubahan aktifitas
belajar-mengajar. Tak terkecuali di negeri ini, sejak medio Maret aktifitas
pembelajaran daring (online learning) menjadi sebuah pilihan kementerian
pendidikan dan kebudayaan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 semakin
meluas. Praktik pendidikan daring (online learning) ini dilakukan oleh berbagai
tingkatan jenjang pendidikan sejak tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan
tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran di ruang-ruang kelas sebagaimana
lazim dilakukan oleh tenaga pendidik: guru maupun dosen. Langkah yang tepat
namun tanpa persiapan yang memadai. Akibatnya banyak tenaga pendidik gagap
menghadapi perubahan drastis ini. Sementara itu praktis tidak ada cara lain
untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 selain dengan membatasi perjumpaan
manusia dalam jumlah yang banyak. Pemerintah pun membatasi pertemuan, maksimal
30-40 orang. Itupun dengan protokol kesehatan yang sangat ketat: penggunaan
masker, menjaga jarak minimal 1,5 meter, mencuci tangan memakai sabun. Hal ini
didasarkan pada pendapat para ahli kesehatan di seluruh dunia setelah mereka
melakukan riset bagaimana memutus mata rantai Covid-19. Kegagapan pendidikan
daring Arena sekolah, sebagai ruang belajar mengajar antara murid dengan guru,
mahasiswa dengan dosen pun pada akhirnya dilarang dilakukan. Sebagai gantinya yakni
pembelajaran secara daring. Perubahan sangat cepat ini tanpa diiringi persiapan
yang memadai sebelumnya, akibatnya banyak kegagapan menghadapinya. Hal ini pun
diakui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Nadiem
berpendapat, "kita harus jujur proses adaptasi ke online learning juga
sangat sulit. Paling tidak masih ada pembelajaran terjadi daripada sama sekali
tidak ada pembelajaran”. Statemen pelipur lara, ketimbang langkah cepat
menyiapkan infrastruktur. Sayangnya hingga memasuki tahun ajaran baru ini pun
belum nampak gerak revolusioner dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maupun
jajaran kementeriannya dalam menyiapkan sarana-prasarana pembelajaran daring.
Pemberian kuota internet, ini yang penulis dengar dari sekolah-sekolah, itupun yang
di kota-kota besar. Sementara jika melongok ke daerah, masih jauh panggang dari
api. Pembelajaran yang dipaksakan, demikian sepintas terlihat. Pilihan sulit di
tengah situasi yang tidak menentu pula. Covid-19 sebagai makhluk hidup yang
berupa mikroorganisme ini harus diputus mata rantainya, akibat penularannya
yang dilakukan melalui perjumpaan antarmanusia. Maka perlu dilakukan
langkah-langkah strategis taktis dalam menghadapinya. Pembelajaran daring yang
belum dipersiapkan secara matang ini tentu berdampak terhadap metode
pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga pendidik. Demikian pula penerimaan
atas pembelajaran dari para peserta didik pun sangat beragam, seringkali tidak
memahami materi maupun penyampaian dari guru. Terlebih orang tua atau wali muridnya.
Lagi-lagi mengalami gegar pembelajaran yang luar biasa. Orang tua yang sibuk
bekerja dengan terpaksa harus mendampingi anak-anak mereka pada saat jam
pembelajaran daring. Anak-anak yang biasanya di sekolah, berubah seketika untuk
melakukan aktifitas pembelajaran di rumah. Untuk level SMP, SMA, hingga
perguruan tinggi barangkali tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun untuk level SD
bahkan SMP, tidak sedikit orang tua siswa yang mengeluh akibat pembelajaran
daring ini. Sekurang-kurangnya keluhan ini yang dialami oleh teman-teman
penulis. Tidak sedikit guru yang sekadar memberikan tugas kepada para muridnya,
melalui aplikasi pesan grup daring yakniaplikasi whatsapp. Guru membuat grup
dengan para orang tua/wali murid untuk update apa saja yang perlu dilakukan
tiap harinya selama proses pembelajaran. Lalu pada sore hari guru akan
mengoreksi dan mengabsen siapa murid yang tidak atau belum mengumpulkan tugas
yang diberikan oleh guru. Gegar teknologi digital untuk pembelajaran daring
Hemat penulis metode ini memiliki banyak kelemahan karena aplikasi pesan daring
dari aplikasi whatsapp ini sesungguhnya bukan medium untuk mendukung aktifitas
pembelajaran. Repotnya, tidak sedikit para guru yang memahami cukup menggunakan
aplikasi whatsapp untuk mendukung aktifitas pembelajaran. Apakah salah
menggunakan aplikasi pesan daring tersebut? Memang bukan benar salah, namun
tepatkah penggunaan aplikasi pesan daring ini sebagai medium pembelajaran di
saat krisis Covid-19. Untuk sesekali digunakan barangkali tidak masalah, namun
jika digunakan setiap hari dari Senin-Jumat selama berbulan-bulan maka akan
berdampak tidak sehat bagi pembelajaran itu sendiri. Cerita dari ponakan
penulis sendiri yang sekolah di SMP dan SMA negeri terfavorit di kota gudeg,
ternyata hanya hitungan jari saja yang gurunya memiliki kemampuan beradaptasi
dengan pendidikan daring ini. Adapun para guru yang dapat diandalkan yaitu
mereka yang berada di usia milenial, kelahiran di atas tahun 1981-an. Kelompok
guru ini sangat adaptif dan cepat mengikuti perubahan dan semangat pembelajaran
daring di masa adaptasi kebiasaan baru ini. Aplikasi pesan daring sesungguhnya
adalah medium yang sangat privat, untuk saling bertukar informasi satu dengan
yang lainnya. Apapun bidangnya. Bukan didesain sebagai tools untuk aktifitas
pembelajaran yang masif antara guru dengan para muridnya. Belakangan ramai
digunakan aplikasi untuk mendukung pembelajaran dengan menggunakan zoom yang
paling populer, selain juga google classroom. Dapat dilakukan secara interaktif
hingga ratusan bahkan ribuan orang dalam sekali aktifitas. Problemnya adalah
tidak semua orang tua siswa kita memiliki kemampuan untuk memiliki perangkat
laptop atau smartphone yang mendukung untuk menginstall aplikasi zoom ke
piranti mereka. Hambatan-hambatan pendidikan daring Ada sekian kendala: baik
kendala ekonomi, kendala koneksi internet yang tidak stabil, ditambah dengan
metode pembelajaran daring seefektif apa. Inilah beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh dunia pendidikan kita di tengah Covid-19. Aktifitas pendidikan
bukan semata-mata guru memberikan soal-soal lalu para murid diminta menjawab,
lantas diberi nilai matematis. Bukan itu poinnya. Ini yang terjadi berdasarkan
amatan penulis di masa Covid-19. Pemahaman para guru masih banyak yang berhenti
pada pembelajaran sekadar dimaknai memberikan soal-soal dari guru kepada murid.
Hal ini tentu saja menunjukkan pekerjaan rumah luar biasa berat bagi kita semua
memperbaiki sistem pendidikan kita jelang peringatan hari Kemerdekaan RI ke-75.
Membangkitkan ruh pendidikan kita Slogan “Merdeka Belajar” yang digaungkan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nampaknya belum menggugah para guru, apalagi
para murid dalam implementasi pembelajaran daring. Pendidikan sebagai cara
untuk melakukan transformasi gagasan, membangun karakter diri seseorang tentang
nilai-nilai disiplin, integritas, respek kepada orang lain, menghormati hak-hak
dan kewajiban warga negara, menghargai ruang privat dan publik secara seimbang
nampaknya belum terlalu menjadi kelaziman di dunia pendidikan kita. Membangun
ruh pendidikan daring Di masa adaptasi kebiasaan baru masa Covid-19 ini, hemat
saya dapat dijadikan momentum untuk kebangkitan pendidikan kita sekiranya
seluruh pemangku kepentingan pendidikan di negeri ini saling bergotong-royong.
Menanggalkan egoisme sektoral antarkementerian. Presiden Jokowi selalu
menekankan kolaborasi, gotong-royong di lapangan, namun sayangnya instruksi ini
masih samar-samar dalam praksisnya. Seyogyanya ajaran Ki Hadjar Dewantara
tentang Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani ini
kita praktikkan dalam pembelajaran kita di manapun. Di depan memberikan
teladan, di tengah memberikan semangat, di belakang memberikan dorongan. Tugas
mencerdaskan dan membuat bangsa ini berkarakter itu bukan hanya Kementerian
Pendidikan dan Kebuyaaan, apalagi di masa Covid-19. Masalah koneksi internet
semestinya menjadi domain Kementerian Komunikasi dan Informasi, lalu masalah
kesehatan jelas berada di koordinasi Kementerian Kesehatan. Sekiranya tiga
kementerian saling bahu-membahu mempersiapkan infrastrukturnya maka tidak ada
yang mustahil membangun kualitas intelektualitas peserta didik yang tetap sehat
di masa adaptasi kebiasaan baru era Covid-19 serta didukung jaringan internet
yang selalu stabil. Praktik pendidikan di era digital memerlukan inovasi dan
kreasi yang terus-menerus sehingga guru maupun anak didik tidak mudah mengalami
kejenuhan dan kebosanan. Pun jangan dimaknai pembelajaran daring sekadar
memberikan sekian soal kepada murid untuk menjawabnya. Kalau ini yang terjadi
maka pembelajaran yang membebaskan dan berkarakter akan berhenti di slogan
tanpa pernah diketahui spirit di dalamnya. Oleh karena itu belajar sesungguhnya
tidak pernah berhenti sejak dari dalam kandungan hingga ke liang lahat.
Untuk print tusas silahkan DOWNLOAD
Silahkan komen
ReplyDeleteAnissa Putri ( XI Ibnu Majah )
ReplyDeleteRatna Sari (XI Ibnu Majah)
ReplyDeleteAlifatul Hasanah ( Xl Ibnu Majah)
ReplyDeleteLaela Mutolaah (XI Ibnu Majah)
ReplyDeleteFikih Hadrotunnisa (muslim)
ReplyDeleteLaila Khumairoh (muslim)
ReplyDeleteSiti Nur Afifah (XI IBNU MAJAH)
ReplyDeleteSiti Fitriana Ayu Nadia (XI IBNU MAJAH)
ReplyDeleteNadiah Titania (XI IBNU MAJAH)
ReplyDeleteIka Farida (XI IBNU MAJAH)
ReplyDeleteainul wida ( xii nasai)
ReplyDeleteAinul Wida (XII NASAI)
ReplyDeleteLaila Izzatal Maula (XII Nasa'i)
ReplyDeleteLaila Izzatal Maula(XII Nasa'i)
ReplyDeleteDhea kafita sari ( XII nasai)
ReplyDelete